Makrifat, kata mutiara makrifatulloh

Ma’rifat atau Makrifat adalah berasal dari kata “Al-Ma’rifah” yang berarti mengetahui, dengan kata lain mengenal, dengan kata lain pengenalan. Demikian sehingga Ma’rifatulloh adalah Pengenalan terhadap Alloh.

Kata-kata Mutiara Ma’rifatulloh Dari sayyidina ‘Ali bin Abi Tholib Karomallohu Wajhah:

“Maukah aku tunjukan kepada kalian buah Surga? Ia adalah (kalimat) Laaaaaa ilaaHa illallooH yang bermakna tiada tuhan yang benar kecuali الله , dengan syarat ikhlas.”

“Pokok Agama adalah makrifat tentang الله . Kesempurnaan makrifat tentang-Nya adalah dengan tashdiq (membenarkan) terhadap-Nya. Kesempurnaan tashdiq terhadap-Nya adalah dengan Tauhid kepada-Nya. Dan kesempurnaan Tauhid kepada-Nya adalah dengan ikhlas kepada-Nya.”

“Barangsiapa yang melekatkan suatu sifat kepada-Nya, berarti dia telah menyertakan sesuatu kepada-Nya. Dan barangsiapa yang menyertakan sesuatu dengan-Nya, maka dia telah menduakan-Nya. Barangsiapa menduakan-Nya, maka dia telah memilah-milahkan (Zat)-Nya. Barangsiapa yang memilah-milahkan-Nya, maka sesungguhnya dia tidak mengenal-Nya. Barangsiapa yang tidak mengenal-Nya, maka dia akan melakukan penunjukan kepada-Nya. Barangsiapa yang melakukan penunjukan kepada-Nya, maka dia telah membuat batasan tentang-Nya. Dan barangsiapa yang membuat batasan tentang-Nya, sesungguhnya dia telah menganggap-Nya berbilang.”

“Dia tidak beranak, maka tiadalah Dia dilahirkan, dan tiada pula Dia diperanakkan, maka tiadalah Dia menjadi terbatas. Sungguh, Maha Agung Dia untuk mempunyai anak dan Maha Suci bagi-Nya untuk menyentuh wanita. Maha Suci Dia yang tidak tersentuh oleh sesuatu pun.”

“Dia tidak diperanakkan, Maha Suci Dia, maka tiada sekutu bagi-Nya dalam keagungan; tidak pula Dia beranak, maka tiadalah Dia diwarisi. Segala puji bagi الله Yang “ada” sebelum adanya Kursi atau ‘Arsy, langit atau bumi, jin atau manusia.”

“Maha Suci الله yang tidak dapat dicapai oleh angan-angan yang jauh, dan tidak dapat pula diraih oleh dugaan orang yang paling tajam pikirannya.”

“Dia tidak dapat dicapai dengan khayalan, tidak dapat diduga dengan pemahaman, tidak dapat dicapai dengan indera, dan tidak dapat pula dibandingkan dengan manusia. Dia Satu tidak dengan bilangan, Kekal tidak dengan masa, dan Berdiri tidak dengan penyangga.”

“Segala puji bagi الله Yang keadaan-Nya yang satu tidak mendahului keadaan-Nya yang lain (Asmaul-husna). Maka, tiadalah Dia menjadi Yang Awal sebelum Dia menjadi Yang Akhir, atau Yang Zhahir sebelum Dia menjadi Yang Batin. Segala sesuatu yang dinamakan wahdah (satu) selain Dia adalah sedikit. Semua yang mulia selain Dia adalah hina. Dan semua yang kuat selain Dia adalah lemah.”

“الله Yang sifat-Nya tidak terbatasi oleh batasan tertentu, tidak tergambarkan oleh ungkapan kata, tidak terikat oleh waktu, dan tidak ada waktu yang menyudahi-Nya.”

“Dia-lah الله Yang Benar lagi Yang Menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya), Yang Lebih Benar dan Lebih Jelas daripada yang dilihat oleh mata. Dia tidak dapat dicapai oleh akal dengan pembatasan, maka tiadalah Dia dapat disamakan (dengan sesuatu).”

“Dia tidak dapat diserupakan. Tidak ada dalam Keawalan-Nya permulaan, dan tidak ada dalam keazalian-Nya kesudahan (kesirnaan). Dia-lah Yang Awal dan senantiasa Awal (tidak berubah keadaan-Nya), dan Dia Maha Kekal tanpa ada batas waktu. Dahi-dahi bersujud kepada-Nya dan bibir-bibir pun mentauhidkan-Nya. Dia membatasi segala sesuatu saat penciptaannya, yang menjadi penjelas bagi kesamaannya.”

“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, tetapi hati yang penuh dengan hakikat keimanan sajalah yang dapat mencapai-Nya. Dia Dekat dari segala hal tanpa sentuhan. Jauh tanpa ada jarak. Berpikir tanpa perlu berpikir sebelumnya. Berkehendak tanpa keinginan. Berbuat tanpa memerlukan tangan. Maha Melihat namun tidak bersifat inderawi. Maha Penyayang namun tidak bersifat lunak.”

“Dia-lah الله tidak pernah dilalui oleh masa, maka keadaan-Nya tidak pernah berbeda. Tidak pula Dia berada dalam suatu tempat yang mengharuskan-Nya berpindah tempat. * Maha Besar الله yang tiada sesuatupun yang lebih besar daripada-Nya *.”

“Dia Maha Mengetahui (segala) rahasia yang ada di dalam hati yang tersembunyi, bisikan orang yang berbisik-bisik, dan kecenderungan seseorang dalam hatinya.”

“Aku bersaksi bahwa langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya adalah tanda-tanda yang menunjukan kepada-Mu. Semua bukti itu bersaksi atas apa yang telah Engkau serukan kepadanya. Segala hal yang menunjukan tentang diri-Mu adalah hujah dan dia bersaksi kepada-Mu atas sifat ketuhanan-Mu.”

“Dan Aku bersaksi bahwasannya tidak ada tuhan kecuali الله Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Dia Maha Awal Yang tidak ada sesuatu sebelum-Nya. Dia Maha Akhir Yang tidak ada batas akhir bagi-Nya. Tidak ada sekutu bagi-Nya yang membantu-Nya dalam menciptakan perkara-perkara yang menakjubkan. Semua Penciptaan-Nya terjadi dengan perintah-Nya dan tunduk pada ketaatan-Nya serta menyambut seruan-Nya.”

Lisensi: CC-BY-SA Creative Commons License
☝️